Judul
|
: Rantau 1 Muara
|
Penulis
|
: Ahmad Fuadi
|
Penerbit
|
: GramediaPustakaUtama
|
Terbit
|
: 27 Mei 2013
|
Tebal
|
: 408 Halaman
|
Harga
|
: Rp 75.000,00
|
Sukses dengan buku pertama dan kedua, Ahmad Fuadi kembali merilis lanjutan buku ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara (N5M), yaitu Rantau 1 Muara (R1M). Jeda penerbitan selama 2 tahun antara novel kedua dengan novel ketiga ini cukup membuat para penggemar Novel N5M penasaran dengan petualangan hidup Alif Fikri selanjutnya.
Dengan “mantra” baru atau sebuah kata mutiara dari pepatah Arab man saara ala darbi washala (siapa yang berjalan dijalannya akan sampai di tujuan), Ahmad Fuadi kembali membakar semangat pembaca untuk meraih kesuksesan. Tokoh Alif diceritakan dalam novel ini dapat menemukan jalan hidupnya dengan menyadari potensi yang selama ini dia miliki.
Walaupun ia lulusan HI Unpad, ia tidak ingin menjadi diplomat, maka ia sadari kemampuannya selama ini adalah di bidang menulis yang sudah ia lakukan sejak berumur 13 tahun. Akhirnya setelah sebelumnya ia menerima banyak penolakan atas lamaran pekerjaannya akibat krisis mo-neter tahun 90-an, ia berhasi mendapat pekerjaan di majalah terkenal Ibukota. Cerita ini bisa menjadi inspirasi sebagai jalan keluar untuk para pencari kerja agar mendapatkan pekerjaan sesuai dengan passion mereka.
R1M mengambil setting lokasi cerita di Jakarta dan di Amerika Serikat. Lokasi ketika ia menjadi reporter di Majalah Derap dan disaat yang sama ia menemukan pendamping hidup di tempat kerjanya itu, dan ia bisa mendapatkan beasiswa S2 di Amerika. Pengalaman kerja Alif menjadi reporter Derap mampu memberikan gambaran kepada pembaca tentang bagaimana cara kerja seorang reporter dan medan kesulitan yang dihadapinya. Ini bisa menjadi magnet tersendiri untuk menarik minat pembaca untuk terjun ke dunia jurnalistik. Serta kita dapat belajar untuk bekerja keras meraih beasiswa ke luar negeri seperti Alif berjuang berusaha belajar TOEFL dan GRE hingga larut malam serta berlatih tanya jawab menggunakan bahasa inggris dengan dua orang temannya untuk persiapan beasiswa tersebut. Katanya going the extra miles, berusaha di atas rata-rata orang lain.
Seperti novel-novelnya terdahulu, Fuadi selalu memberikan bumbu cinta di setiap jalan cerita novelnya. Mungkin agar cerita tidak terkesan monoton, maka tema cinta selalu menjadi penyedap bagi kebanyakan penulis. Jika pada dua novel sebelumnya, cerita cinta tidak terlalu mencolok –hanya beberapa bagian dari novel yang menceritakan Alif dengan wanita, maka dalam R1M banyak bab yang membahas perjalanan cintanya dengan wanita di tempat kerja bernama Dinara yang di kemudian hari menjadi istrinya.
Walaupun banyak cerita tentang kisah cinta, Fuadi tidak melupakan tujuannya dalam menulis novel ini yaitu agar bermanfaat bagi para pembaca, maka ia pun banyak memasukkan percakapan tanya jawab yang filosofis antara Alif dan Dinara. Kisah cinta Alif pun mengajarkan pembaca untuk menyegerakan menikah ketika hati telah tertambat pada seseorang dan timbul keyakinan untuk segera membangun rumah tangga, memberikan jurus jitu bagaimana meng-hadapi calon mertua yang cuek, serta pelajaran yang bisa diambil dalam kehidupan berumah tangga mereka.
Tak hanya cinta, cerita humor pun Fuadi masukkan dengan memberikan tokoh yang unik namun sarat akan makna. Salah satunya adalah kakak angkat asal Indonesia yang tak sengaja ia temui saat sedang mencari apartemen murah melalui papan informasi di kampusnya di Amerika, bernama Garuda. Ia memiliki sifat penolong, sangat sayang dengan Alif, dan seorang penggemar keju yang selalu memasukkan menu keju di setiap makanannya. Namun nasib naas harus ditimpa mas Garuda ketika peristiwa 11 September 2001 terjadi, ia hilang karena menolong orang lain.
Selain itu ada cerita humor yang mungkin hanya dijadikan sebagai selingan namun akhirnya menjadi tidak terlalu penting. Yaitu ketika ada penelpon mabuk yang berbicara bahasa Spanyol yang sering menelpon Alif pada waktu dini hari, tapi tetap ia ladeni dengan bercerita menggunakan bahasa Minang, hingga akhirnya penelpon itu pun berhenti menelponnya.
Dalam sinopsis novel, diceritakan bahwa Alif kehilangan orang yang disayangnya saat peristiwa 11 September. Sempat terpikir dalam benak saya bahwa ini akan menceritakan tentang kesulitan yang Alif hadapi dalam berinteraksi dengan warga Amerika sebagai seorang muslim saat peristiwa 11 September yang menuduhkan umat Islam sebagai teroris. Namun ternyata menceritakan perjuangannya mencari mas Garuda yang hilang. Hingga ia memahami salah satu makna man saara ala darbi washala yang sebenarnya bermuara pada satu tujuan, menuju kepada Sang Khaliq.
Jalan cerita kehidupan Alif Fikri yang diambil dari kisah nyata kehidupan Ahmad Fuadi dengan adanya penambahan dan pengurangan ini, tidak lepas dari kombinasi ketiga “mantra” yang terdapat pada ketiga novelnya tersebut. Man jadda wajada (siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses) selalu menjadi jurus jitu untuk Alif dalam menggapai impian-impiannya hingga ia bisa kuliah di Amerika, mendapat pekerjaan yang mumpuni, dan berhasil keliling dunia dengan kerja kerasnya. “Mantra” kedua Man shabara zhafira (siapa yang bersabar dia akan beruntung), bersabar bukan dalam arti diam menunggu nasib, melainkan tetap aktif berusaha melakukan hal yang bermanfaat hingga tujuan tercapai.
Terakhir, man saara ala darbi washala(siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) mengajarkan kita apabila konsisten terhadap apa yang kita lakukan saat ini, kita akan berhasil mencapai tujuan yang kita impikan sebelumnya.
Lagi, masih dengan tujuan yang sama, Ahmad Fuadi lewat trilogi novel N5M ingin mengajak pembaca untuk tidak takut bermimpi besar, berpetualang sejauh mata memandang, mengayuh sejauh lautan terbentang, dan berguru sejauh alam terkembang, karena sejatinya Tuhan Maha Mendengar atas segala harapan.
0 komentar:
Posting Komentar